JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa merancang dan membangun kota masa depan harus terintegrasi dengan inovasi dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.
Hal tersebut disampaikan Menko AHY saat menjadi keynote speaker pada The 54th EAROPH Regional Conference di Hotel Novotel Jakarta, dalam forum bertema Designing Tomorrow’s Cities Today: Integrating Innovation and Resilience in Urban Futures, Senin (6/10/2025).
Menko AHY disambut oleh Presiden EAROPH Internasional, Ar. Jahangir Khan Sherpao; Presiden EAROPH Indonesia, Andiro Reoputra; Honorary President EAROPH Internasional Emil Elistianto Dardak yang juga merupakan mantan Presiden EAROPH Internasional periode 2022–2024; serta Sekretaris Jenderal EAROPH, TPR Mazzrina Dato Abdul Khalid.
Di awal sambutannya, Menko AHY menggambarkan Jakarta sebagai kota penuh kontras dan peluang — tempat jalur transportasi modern bersilang dengan aliran sungai tua, di mana gedung-gedung pencakar langit berdiri berdampingan dengan kampung-kampung tradisional yang menjadi jantung ketangguhan sosial masyarakat.
“Pertanyaannya adalah bagaimana kita merancang kota yang inovatif namun manusiawi, dinamis namun inklusif, ambisius namun berkelanjutan,” ujarnya.
Menko AHY mengingatkan bahwa menjelang tahun 2050, hampir tujuh dari sepuluh penduduk bumi akan tinggal di kota. Kota, katanya, akan menjadi pusat ekonomi dan inovasi, tetapi juga menjadi titik temu risiko global seperti perubahan iklim, bencana alam, ketimpangan, dan kelangkaan sumber daya.
Ia menyoroti tiga kekuatan besar yang kini membentuk masa depan perkotaan di kawasan Asia: krisis iklim, transformasi demografis, dan revolusi digital.
“Banjir, kekeringan, dan gelombang panas bukan lagi kejadian langka. Demografi dan teknologi juga mengubah wajah masyarakat kita. Namun tanpa etika dan inklusi, kota pintar justru bisa memperdalam kesenjangan,” tegasnya.
Menko AHY menekankan bahwa kota masa depan harus dipandu oleh prinsip, bukan sekadar proyek. “Infrastruktur bukan semata baja dan beton, melainkan wadah bagi martabat dan kesempatan. Kota yang tangguh dan inovatif adalah kota yang bekerja untuk semua orang, terutama mereka yang berada di pinggiran,” ujarnya.
Menurut Menko AHY, ketangguhan harus menjadi bagian dari desain, bukan solusi setelah bencana datang. Ia menegaskan pentingnya investasi pada pencegahan melalui tata ruang, arsitektur jalan, dan perencanaan banjir yang adaptif terhadap risiko.
Kota masa depan, lanjutnya, juga harus kompak, terhubung, dan berorientasi pada transportasi publik, serta memberi ruang layak bagi alam melalui infrastruktur hijau dan biru seperti mangrove, taman, dan sungai.
“Kota masa depan harus hijau, tangguh, dan cerdas. Hijau dalam harmoni dengan alam, tangguh dalam kemampuan beradaptasi, dan cerdas dalam memanfaatkan teknologi bukan sebagai kemewahan, melainkan sebagai penyelamat di masa krisis,” kata Menko AHY.
Ia menyebut trinitas hijau, tangguh, dan cerdas sebagai tulang punggung kota masa depan — di Indonesia dan di seluruh dunia.
Menko AHY juga menyoroti pengalaman Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, rawan bencana, dan menghadapi dampak perubahan iklim secara nyata. “Krisis iklim mengubah cara hidup kita. Kenaikan permukaan laut mengancam kota-kota pesisir, termasuk Jakarta, salah satu ibu kota dengan laju penurunan tanah tercepat di dunia,” ungkapnya.
Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, kata Menko AHY, Indonesia memasuki babak baru transformasi yang mengintegrasikan infrastruktur, inovasi, dan ketangguhan di setiap tingkat pembangunan. Pendekatan ini memastikan kota tidak hanya menjadi pusat pertumbuhan, tetapi juga mesin stabilitas dan pemerataan.
Ia menjelaskan berbagai contoh nyata penerapan prinsip ketangguhan di Indonesia, mulai dari penerapan kode bangunan tahan gempa, restorasi mangrove di wilayah pesisir, hingga peningkatan sistem peringatan dini yang melibatkan BNPB dan pemerintah daerah.
“Kami belajar bahwa tak ada teknologi yang dapat menggantikan solidaritas manusia. Ketangguhan sosial tetap menjadi fondasi — melalui pemberdayaan komunitas, pelibatan perempuan dan generasi muda, serta inklusi kelompok rentan,” tambahnya.
Menko AHY juga menyoroti keterkaitan antara pembangunan perkotaan dengan ketahanan pangan, air, dan energi.
Program Tiga Juta Rumah, mekanisme Land Value Capture (LVC), serta pengembangan koridor transportasi publik terintegrasi menjadi contoh upaya mewujudkan kota yang inklusif dan efisien.
“Setiap stasiun harus menjadi pusat kehidupan komunitas, bukan sekadar simpul transportasi,” ujarnya.
Dalam konteks ketahanan air dan pesisir, Menko AHY menyinggung proyek Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall) di utara Jawa sebagai contoh integrasi antara pertahanan banjir, restorasi alam, dan adaptasi masyarakat.
“Inovasi sejati bukan hanya soal teknologi, melainkan tata kelola. Kota yang paling tangguh adalah kota yang merencanakan, berinvestasi, dan belajar bersama,” tegasnya.
Menko AHY menutup pidatonya dengan tiga refleksi penting: Pertama, masa depan adalah urban — takdir bersama akan ditulis di kota-kota. Kedua, masa depan itu rapuh, dibentuk oleh iklim, bencana, dan ketimpangan. Namun ketiga, masa depan juga ada di tangan kita.
“Jika kita merancang dengan keberanian dan empati, dengan inovasi dan inklusi, kita dapat mengubah kerentanan menjadi kekuatan. Tujuan kita bukan hanya membangun kota yang tampak modern, tetapi kota yang terasa manusiawi,” katanya.
Menko AHY menutup dengan pepatah Indonesia, Sedia payung sebelum hujan.
“Lebih bijak menyiapkan payung sebelum hujan turun. Mari kita siapkan payung itu bersama — melalui kota-kota yang kuat, adil, dan penuh harapan. Sebab kota tangguh masa depan tidak dibangun esok hari. Kota itu dirancang hari ini,” pungkasnya.
The 54th EAROPH Regional Conference dan The 58th EAROPH Executive Committee Meeting, yang dibuka secara resmi ini, diharapkan menjadi forum penting untuk memperkuat kerja sama global dalam membangun kota-kota yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.
Dalam kesempatan ini, Menko AHY didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Pembangunan Perumahan serta Sarana dan Prasarana Permukiman, Ronny Ariuly Hutahayan; Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Herzaky Mahendra Putra; dan Staf Khusus Bidang Kerja Sama Lembaga Nonpemerintah dan Kerja Sama Luar Negeri, Merry Riana.
SP-330/INFRA/HUMAS/X/2025
#KemenkoInfrastruktur
#KemenkoInfra
#MenkoAHY
#MemperkuatInfrastruktur
#MembangunEkonomi
*Biro Data, Komunikasi, dan Informasi Publik*
*Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan*
Instagram: @kemenkoinfra
X: @kemenkoinfra
YouTube: @kemenkoinfra